Selasa, 09 Desember 2014

pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
 Ketuhanan yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa warganegara percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan dan ketagwaan itu bersifat aktif, sepenuh hati berusaha menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya menurut agamanya masing-masing.
 Ketuhanan dan ketagwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kita mendapatkan tuntunan tingkah laku yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan, dalam hubungannya dengan sesama manusia, serta dalam hubungannya dengan alam sekitar.
 Bangsa Indonesia sudah sejak jaman dulu dikenal sebagai bangsa yang religius, bangsa yang selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang maha bijaksana, maha adil, maha murah dan pencipta yang pertama (causa prima). Sehingga manusia akan tunduk dan taat kepada perintah Tuhan dan selalu berusaha menjauhi semua larangan-Nya.
 Pengakuan atas Ketuhanan Yang Maha Esa di Indonesia dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945, serta ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, yang bunyinya Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
 Agama mengajarkan bahwa dunia seisinya adalah ciptaan Tuhan dan kehidupan di dunia akan dilanjutkan dengan kehidupan di alam baka. Agama memberikan bimbingan untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal di alam baka nanti dengan menjauhi larangan-Nya. Melalui agama, ditemukan suatu kebenaran yang diyakini pemeluknya masing-masing sebagai suatu kebenaran yang mutlak. Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk hidup rukun, tolong menolong, mencintai dan mengasihi, sehingga tercipta kehidupan yang bahagia dan harmonis.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
 Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjuk pada identitas bangsa Indonesia akan sikap adil dan sikap beradab. Adil dalam hubungan kemanusiaan adalah bersikap adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama, dan terhadap Tuhannya. Beradab adalah terlaksananya semua unsur-unsur manusia yang monopluralis.
 Salah satu contoh penerapan identitas kemanusiaan yang adil dan beradab dari bangsa Indonesia berupa pengakuan dan pelaksanaan hak-hak asasi manusia. Pelaksanaan hak dalam diri manusia Indonesia mengandung konsekuensi adanya keseimbangan dengan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 28A-28J UUD 1945, dan UU No. 39/1999 tentang hak asasi manusia.
 Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki akal budi dan kehendak, yang merupakan potensi untuk berkembang secara terus-menerus untuk menjadi pribadi yang sempurna. Keberadaan manusia yang sempurna dalam pemahaman masyarakat Indonesia bersifat monopluralis.
 Manusia Indonesia yang bersifat monopluralis memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Susunan kodrat manusia, bahwa manusia terdiri atas raga dan jiwa. Raga adalah tubuh manusia yang bersifat kebendaan, sedangkan jiwa merupakan unsur manusia yang bersifat kerokhanian yang berupa akal, rasa dan kehendak.
2. Sifat kodrat manusia, bahwa manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu sebagai pribadi yang berupaya merealisasikan potensi pribadinya, pada sisi lain sebagai makhluk sosial adalah manusia yang hidup bermasyarakat.
3. Kedudukan kodrat manusia, bahwa manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Manusia sebagai makhluk yang berdiri sendiri berkedudukan otonom, memiliki eksistensi dan pribadi sendiri, manusia sebagai makhluk Tuhan berarti manusia adalah ciptaan Tuhan.
3. Persatuan Indonesia
 Konsep persatuan Indonesia dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan keempat. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia mempunyai arti penting dikarenakan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
1. Kondisi masyarakat yang bersifat pluralistis (beraneka ragam) dalam hal memeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, dan tingkatan sosial. Hal itu sangat memerlukan kesadaran masing-masing pihak untuk saling menghormati dan bekerja sama, merasa sebagai satu bangsa yang bertanggung jawab untuk mengemban terwujudnya tujuan pembangunan nasional dengan berprinsip pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Kondisi alamiah nusantara yang berada pada posisi silang, di antara dua benua dan dua samudra, terdiri atas beribu-ribu pulau baik pulau besar maupun pulau kecil, merupakan bagian bumi yang membentang dari 950 BT sampai 1410 BT dan dari 60 LU sampai 110 LS. Kondisi tersebut memungkinkan banyaknya permasalahan yang muncul sehingga perlu dilakukan langkah-langkah dan kebijaksanaan demi terwujudnya persatuan dan kesatuan serta keselamatan negara dalam mengemban tugas nasional.
3. Pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang mengalami masa penjajahan selama lebih kurang 3,5 abad memberikan pelajaran bagi tumbuhnya kesadaran nasional. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat mendirikan negara merdeka dan berdaulat (Soejadi, 2000). Dengan demikian perlu dipahami arti hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Disamping itu, kita pantas bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia karena beberapa alasan berikut :
1. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, memeluk berbagai agama, berbicara dalam berbagai bahasa daerah, memiliki berbagai adat kebiasaan daerah, tingkatan sosial, warna kulit, dan sebagainya. Hal itu tidak menghalangi terwujudnya persatuan dan kesatuan, bersatu padu dengan tidak menonjolkan adanya perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan pertentengan antar golongan.
2. Nenek moyang dan pendahulu kita sudah mempunyai peradaban tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan-peninggalan sejarah yang mencerminkan nilai budaya yang tinggi. Perwujudan kepribadiannya tercermin dari manusianya yang membudaya.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup dan kepribadian bangsa, ideologi, serta sebagai dasar negara sangat cocok. Hal itu mampu mengantarkan terselenggaranya persatuan dan kesatuan bangsa, menuju terciptanya kehidupan nasional yang lebih baik yang akhirnya kita yakini mampu mewujudkan tujuan nasional.
4. Sebagai bangsa yang merasa senasib dan sepenanggungan, khususnya selama mengalami penjajahan Belanda dan Jepang, hal itu dapat lebih menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, bangsa Indonesia berhak menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan pihak lain serta dapat memacu pembangunan bangsa guna mewujudkan tujuan nasional.
6. Keadaan alam Indonesia luas, kaya raya, indah, dan permai. Keadaan alam yang luas memberikan kesempatan keleluasaan gerak pembangunan bangsa, terlebih-lebih negara kita adalah negara kepulauan yang memberikan peluang cukup besar bagi tumbuh dan berkembangnya bangsa.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
 Pelaksanaan identitas kerakyatan sesuai dengan paham sila keempat pancasila antara lain diatur dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia seperti tertuang dalam penjelasan UUD 1945, Prinsip kerakyatan pada hakikatnya merupakan pelaksanaan prinsip demokrasi. Demokrasi yang dikembangkan di Indonesia sekarang ini adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila, yaitu paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti tertuang dalam UUD 1945.
 Dalam demokrasi Indonesia rakyat adalah subyek demokrasi itu secara positif ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Aturan permainan dalam kehidupan demokrasi diatur secara melembaga. Ini berarti bahwa keinginan-keinginan rakyat tersebut disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan yang ada, yang dibentuk melalui pemilihan umum yang demokratis. Hasil dari pemilihan umum itu mencerminkan keinginan rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang diharapkan akan menyuarakan aspirasinya.
 Demokrasi Indonesia sebagai suatu sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyatlah yang menentukan bentuk dan isi pemerintahan yang dikehendaki sesuai dengan hati nuraninya. Dalam hal ini sudah sewajarnya pemerintah harus memfokuskan perhatiannya kepada kepentingan rakyat banyak dalam rangka tercapainya kemakmuran yang merata.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
 Keadilan berasal dari kata adil yang artinya antara lain adalah memberikan apa yang menjadi haknya, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, sesuai dengan kebenaran dan kejujuran. Dalam keadilan terdapat adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Keadilan adalah kata sifat yang berarti perbuatan atau perlakuan adil. Kata sosial berarti yang berkenaan dengan masyarakat atau kemasyarakatan. Jadi keadilan sosial berarti adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban di dalam masyarakat. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban di dalam masyarakat Indonesia.
 Pada prinsipnya, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menghendaki kemakmuran yang merata dan dinamis, artinya seluruh potensi bangsa diolah bersama-sama menurut kemampuan di bidang masing-masing yang kemudian dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran seluruh rakyat. Keadilan sosial berarti harus melindungi yang lemah. Perlindungan yang diberikan adalah untuk mencegah kesewenang-wenangan dari yang kuat dan untuk menjamin keadilan.
 Realisasi dari prinsip keadilan sosial tidak lain adalah dengan pembangunan yang benar-benar dapat dilaksanakan, berguna, dan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk meniadakan segala bentuk kepincangan sosial dan kepincangan dalam pembagian pendapatan.
 Nilai-nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Perwujudan keadilan sosial dalam segala kehidupan sosial kemasyarakatan, meliputi seluruh rakyat Indonesia.
2. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
3. Cita-cita masyarakat adil makmur, materiil dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak orang lain.
5. Cinta akan kemajuan dan pembangunan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Jumat, 05 September 2014

TATA UPACARA PRAMUKA KURIKULUM 2013



TATA UPACARA PEMBUKAAN LATIHAN PERINDUKAN SIAGA
1.       Pemeriksaan kebersihan dan kerapian anggota
Kegiatan pemeriksaan kebersihan dan kerapihan dilakukan di luar tempat upacara. Pemimpin barung memeriksa anggotanya tentang kebersihan dan kerapihan. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bebas, tidak dalam bentuk lingkaran.
2.       Memilih barung terbaik untuk menjadi petugas upacara.
Pada pemilihan barung terbaik, Pembina siaga dan Pembantu Pembina Siaga bisa memilih dari barung terbaik pada latihan sebelumnya. Tetapi jika kegiatan permulaan, Pembina siaga dapat memilih langsung barung yang dianggap terbaik untuk melaksanakan upacara
3.       Barung terbaik menyiapkan perlengkapan upacara
Kelengkapan upacara yang disiapkan meliputi : bendera merah putih, tongkat bendera, tempat bendera.
4.       Pemimpin Upacara (Sulung) mengumpulkan seluruh anggota siaga untuk membentuk lingkaran besar.
Untuk mengumpulkan anggota perindukan, sulung bisa menggunakan aba-aba “Siaga…..”, maka anggota perindukan berlari sambil berucap “Siap” dan membentuklingkaran mengitari sulung dan tempat bendera.
Bentuk upacara berupa lingkaran besar


 










5.       Pemimpin Upacara (Sulung) menjemput Pembina upacara
Sulung keluar dari lingkaran melewati pintu upacara, kemudian menemui Pembina Siaga (menjemput) untuk diantar ke tengah-tengah perindukan.
6.      a) Pembina Upacara (Pembina Siaga) dijemput pemimpin upacara, mengambil tempat di tengah lingkaran menghadap standar bendera dan pintu upacara
b)  Para pembantu siaga berada pada lingkaran upacara




 











7.       Pemimpin Upacara (Sulung) mengambil bendera untuk dikibarkan
Sulung keluar dari lingkaran untuk mengambil bendera yang berada diluar untuk ditempatkan di standar bendera (dalam lingkaran) melewati pintu upacara. Benera digulung dengan posisi warna merah berada diluar. Saat berada pada pintu upacara, Pembina Siaga diikuti seluruh anggota perindukan memberikan penghormatan sampai bendera berada pada standar bendera.
Bentuk barisan upacaranya menjadi
 














8.       Pembina upacara (Pembina siaga) membaca Pancasila dan ditirukan  oleh semua anggota
9.       Pemimpin upacara (sulung) membaca Dwi Dharma dan diikuti oleh semua anggota perindukan
Sulung mengucapkan Dwi Dharma, diikuti seluruh anggota perindukan
10.   Pemimpin upacara (Sulung) kembali ke barungnya
Setelah mengucapkan Dwi Dharma dengan lantang, sulung kembali ke barungya (berada pada posisi paling kanan dari barungnya)












11.   Pembina upacara (Pembina Siaga) mengumumkan hal-hal yang perlu diketahui oleh anggota perindukan
12.   Pembina upacara (Pembina siaga) memimpin doa yang diikuti oleh anggota perindukan
13.   Upacara selesai, dilanjutkan dengan kegiatan perindukan



UPACARA PENUTUPAN LATIHAN PERINDUKAN SIAGA
  1. Siaga terbaik menyiapkan perlengkapan upacara
  2. Pemimpin barung (sulung) memanggil anggota perindukan, untuk membentuk lingkaran besar mengelilingi standar bendera
3.      a. Pembina siaga dijemput Sulung (pemimpin Upacara) dan mengambil posisi ditengah-tengah lingkaran menghadap bendera dan pintu upacara
b.  Para pembantu Pembina siaga masuk ke lingkaran
c.  Pempin upacara (sulung) berada di dekat bendera berhadapan dengan Pembina siaga
4.      a. Pemimpin upacara (sulung) member hormat pada bendera, kemudian membawanya keluar dari tempat upacara (tanpa balik kanan)
b. Pada waktu Sang Merah Putih dibawa keluar, semua anggota perindukan memberi penghormatan sampai bendera berada pada pintu upacar
c.  Sulung menggulung bendera dan ditempatkan pada tempatnya, kembali ke barungnya
5.      Pengumuman dan pesan dari Pembina siaga. Pembina siaga dapat mengumumkan Barung terbaik dan petugas upacara pertemuan berikutnya
6.      Pembina Siaga mengucapkan doa dan diikuti anggota perindukan
7.      Barisan bubar, anggota perindukan minta diri pada Pembina siaga.




UPACARA PEMBUKAAN LATIHAN PASUKAN PENGGALANG
  1. Pemeriksaan kebersihan dan kerapihan anggota regu oleh ketua regu
Masing-masing ketua regu memeriksan kebersihan dan kerapihan anggota regunya, termasuk absensi regu dan iuran regu.
  1. Regu petugas menyiapkan perlengkapan upacara
Regu terbaik latihan sebelumnya bertugas menyiapkan dan melaksanakan upacara.
  1. Pemimpin regu utama (Pratama) memanggil anggota pasukan dengan membentuk barisan Angkare
Bentuk upacara dan tata letak petugas dan Pembina Upacara


 








Keterangan :
         :  Pembina Penggalang dan pembantu Pembina Penggalang
         :  Pratama (Pemimpin Regu Utama / Pemimpin Upacara)
         :  Pemimpin Regu (Pinru)
         :  Wakil Pemimpin Regu (Wapinru)
         :  Petugas upacara lainnya (Pengibar bendera, Pengucap Dasa Dharma Pramuka)
  1. Pratama mencek persiapan dan petugas upacara, jika sudah siap Pratama menjemput Pembina penggalang.
Pratama memilih dari anggota regunya untuk menjadi petugas pengibar bendera dan pengucap Dasa Dharma Pramuka
  1. Pembina upacara (Pembina Penggalang) memasuki tempat upacara menghadap pasukan, para pembantu Pembina berada di belakang Pembina Upacara  dalam bentuk bersaf.
Pembina upacara diusahakan dalam posisi menghadap bendera. Saat petugas pengibar bendera akan mengibarkan bendera, Pembina bergeser 2 – 3 langkah kekiri untuk member jalan petugas pengibar bendera.
  1. Pratama memimpin penghormatan dan laporan kepada Pembina Upacara, menyerahkan kegiatan Upacara pada Pembina, kemudian kembali ke regunya
Pratama memimpin penghormatan kepada Pembina upacara. Pratama melaporkan kegiatan upacara siap untuk dilaksanakan.  Contoh : “Lapor, upacara pembukaan latihan tanggal…………. siap dilaksanakan!”. Ketika Pembina menjawab “Laksanakan”, Pratama menirukan jawaban atau perintah dari Pembina Upacara. Kemudian Prtama kembali masuk ke regunya (posisi saat upacara belum dimulai)




 





  1. Pengibaran Sang Merah Putih oleh petugas
Petugas membawa bendera merah putih untuk dikibarkan. Posisi petugas tidak paten di tengah-tengah barisan, namun disesuaikan dengan kondisi lapangan upacar dan tingkat kesulitan pelaksanaan pengibaran. Pembina bisa mengatur sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pada saat bendera siap dikibarkan, salah satu petugas memberi aba-aba “Bendera Siap”, maka Pembina Upacara memberi komando untuk penghormatan bendera merah putih. Petugas mengibarkan bendera merah putih sampai selesai. Setelah selesai, Pembina Upacara memberikan aba-aba “Tegak, Grak
  1. Pembina upacara (Pembina Penggalang) membaca Pancasila ditirukan anggota pasukan
  2. Pembacaan Dasa Dharma
Petugas pembaca Dasa Dharma maju satu langkah untuk mengucapkan Dasa Dharma Pramuka. Tanpa menggunakan laporan pada Pembina Upacara. Setelah selesai, mundur satu langkah menuju barisan regunya.
  1. Kata pengantar Upacara oleh Pembina Penggalang tentang tema latihan dan sebaginya.
Pembina upacara memberi amanat upacar. Pratama maju satu langkah, kemudian member aba-aba “Istirahat di tempat, Grak”. Kemudian kembali ke barisan (mundur satu langkah). Setelah Pembina selesai memberikan amanat, pratama maju satu langkah, menyiapkan barisan, kembali lagi ke barisan regunya.
  1. Pembina upacara memimpin doa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
Seluruh anggota pasukan berdoa, dengabn menundukkan kepala.
  1. Pasukan diserahkan kepada pratama untuk melanjutkan acara
Pratama maju mengambil posisi ditengah-tengah tempat upacara menghadap Pembina upacara. Maju tiga langkah, kemudian melakukan laporan. Balik kanan, maju tiga langkah (keposisi saat datang), balik kanan.
Contoh laporan : “Upacara selesai, laporan selesai”
  1. Pratama memimpin penghormatan pada Pembina upacara (Pembina Penggalang)
Penghormatan dilakukan dengan aba-aba “kepada Pembina Upacara, Hormat Grak”, setelah Pembina melakukan penghormatan, pratama member aba-aba “Tegak Grak”
14.   a). Pembina Upacara bisa meninggalakan tempat upacara. Pembina upacara (Pembina Penggalang) mengucapkan terima kasih pada pembantu Pembina serta siap melaksanakan latihan
b). Pratama membubarkan barisan, terus siap mengikuti kegiatan latihan.
Pratama bisa menyerahkan pada pemimpin regu untuk membubarkan regunya. Lebih baik komanda pembubaran barisan dilakukan langsung oleh Pratama.
Contoh aba-aba pembubabaran barisan
“BUBAR, JALAN”




UPACARA PENUTUPAN LATIHAN PASUKAN PENGGALANG
a.      Kerapian setiap anggota
b.      Pratama memanggil anggota pasukan untuk membentuk informasi angkare menghadap tiang bendera.
c.       Pembina penggalang dijemput pratama kemudian mengambil tempat dihadapan pasukan diikuti oleh para pembantu Pembina.
d.      Sesudah memimpim penghormatan pratama menyerahkan pasukan kepada Pembina Upacara, kemudian kembali keregunya.
e.      Petugas Bendera menurunkan Sang Merah Putih untuk disimpan, Pembina Upacara memimpin Penghormatan.
f.       Pengumuman tentang regu petugas upacara untuk latihan yang akan datang, dilanjutkan penyerahan pasukan kepada pratama.
g.      Pembina memimpin berdoa.
h.      1) Pratama maju satu langkah lalu memimpin penghormatan pasukan kepada Pembina Penggalang kemudian membubarkan barisan.
2) Pembina Penggalang mengucapkan terima kasih kepada para pembantunya terus bubar.


UPACARA PEMBUKAAN LATIHAN DI AMBALAN PENEGAK
a.      Kerapian setiap anggota ambalan
Setiap ketua sangga (pinga) mengecek kerapihan dan kebersihan serta kehadiran anggota sangga.
b.      Sangga kerja menyiapkan perlengkapan
Pembina bisa menyerahkan pada PRADANA (pemimpin sangga utama) untuk mengatur petugas upacara yang terdiri dari : pengibar bendera, pembaca / pengucap dasa dharma
c.       Pradana mengumpulkan anggota ambalan dalam bentuk barisan bersaf.
Untuk memanggil anggota ambalan Pradana bisa menggunakan isyarat berkumpul dengan alat peluit atau alat lain yang sesuai.
Bentuk barisan upacaranya adalah sebagai berikut:




 












d.      Laporan pemimpin sangga kepada Pradana
Masing-masing pemimpin sangga memberikan laporan pada Pradana, kemudian berada pada barisan paling kanan. Pada waktu Pemimpin Sangga meninggalkan tempat, wakil pemimpin sangga pindah ketempat Pemimpin Sangga dengan berjalan/berlari melewati belakang sangga


 







e.      Para Pemimpin Sanggah sesudah laporan mengambil tempat di sebelah kanan barisan
f.       Pradana menjemput Pembina dan mengantarnya ke sebelah kanan para pemimpin Sangga
Pradana melaporkan bahwa upacara latihan siap dilaksanakan. Jika Pembina upacara menyerahkan kegiatan upacara kepada Pradana, maka pradana memimpin upacara. Tetapi Pembina boleh mengambil atau memimpin kegiatan upacara sesuai dengan adat ambalan. Perlu diingat kegiatan di penegak adalah 75% dilakukan penegak dan 25% oleh Pembina. Jika Pembina menyerahkan pada pradana, maka pradana mengambil tempat di depan barisan
g.      Pradana mengambil tempat didepan barisan, sesuai dengan adat ambalan yang berlaku
 








h.      Petugas bendera mengibarkan Sang Merah Putih, Pradana memimpin penghormatannya
Petugas bendera maju menuju tiang bendera, mengibarkan bendera. Jika bendera sudah siap, salah satu petugas member aba-aba “Bendera Siap”, kemudian Pradana memimpin penghormatan kepada Bendera Merah Putih. Setelah selesai petugas mengikatkan tali pada tiang, kemudian melakukan penghormatan, terus kembali ke tempat semula.
Tata letak petugas bendera menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Contoh aba-aba pengibaran “Kibarkan benderamu”
i.        Pembacaan Dasadarma oleh petugas.
Petugas maju satu langkah untuk membaca dasa dharma dengan lantang. Setelah selesai kembali ketempat (mundur satulangkah). Pengucap dasa dharma tidak perlu laporan.
j.        Pembina penegak atau Pembina Upacara membawa Pancasila diikuti oleh anggota ambalan.
k.      Pengumuman dari Pradana/ Pembina.
l.        Pradana memimpin doa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
m.    Barisan dibubarkan oleh pradana dilanjutkan dengann acara latihan.
Agar barisan tidak bubar, maka pembantu Pembina bisa langsung mengumpulkan anggota ambalan untuk melanjutkan latihan dengan membentuk barisan lingkaran.

UPACARA PENUTUPAN LATIHAN DI AMBALAN PENEGAK
a.      Kerapian setiap anggota ambalan
b.      Pradana mengumpulkan anggota ambalan  dalam bentuk barisan bersaf
c.       1) Pemimpin pemrada Sanggah mengambil tempat di sebelah kanan barisan
2) Wakil  pemimpin sanggah pindah ke tempat pemimpin sangga.
d.      Pradana menjemput Pembina Penegak dan mengantakannya ke sebelah kanan barisan.
e.      Pradana mengambil tempat di depan barisan, sesuai dengan adat ambalan yang berlaku.
f.       Petigas bendera menurunkan Sang Merah Putih untuk disimpan
g.      Pembacaan renungan atau sandi ambalan oleh petugas
h.      Pengumuman tentang sangga kerja untuk latihan yang akan datang, dan lain-lain.
i.        Peadana memimpin doa sesuai dengan agama dan kepeecayaan masing-masing
j.        Laporan Pradana kepada Pembina Penegak.
k.      Barisan dibubarkan oleh pradana.

SEKIAN TERIMA KASIH SELAMAT BERLATIH
JAYALAH PRAMUKA. SATYAKU KUDARMAKA DHARMAKU KUBAKTIKAN